Penyimpangan pada aqidah yang dialami oleh seseorang berakibat fatal dalam seluruh kehidupannya, bukan saja di dunia tetapi berlanjut sebagai kesengsaraan yang tidak berkesudahan di akherat kelak. Dia akan berjalan tanpa arah yang jelas dan penuh dengan keraguan dan menjadi pribadi yang sakit personaliti. Biasanya penyimpangan itu disebabkan oleh sejumlah faktor diantaranya :
1.
Tidak menguasainya pemahaman aqidah yang
benar karena kurangnya pengertian dan perhatian. Akibatnya berpaling dan tidak
jarang menyalahi bahkan menentang aqidah yang benar.
2.
Fanatik kepada peninggalan adat dan
keturunan. Karena itu dia menolak aqidah yang benar. Seperti firman Allah SWT
tentang ummat terdahulu yang keberatan menerima aqidah yang dibawa oleh para
Nabi dalam Surat Al-Baqarah 170 yang artinya : "Dan apabila dikatakan
kepada mereka, "Ikutlah apa yang telah diturunkan Allah," mereka
menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati
dari (perbuatan) nenek moyang kami." (Apabila mereka akan mengikuti juga),
walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak
mendapat petunjuk."
3.
Taklid buta kepada perkataan tokoh-tokoh yang
dihormati tanpa melalui seleksi yang tepat sesuai dengan argumen Al-Qur'an dan
Sunnah. Sehingga apabila tokoh panutannya sesat, maka ia ikut tersesat.
4.
Berlebihan (ekstrim) dalam mencintai dan
mengangkat para wali dan orang sholeh yang sudah meninggal dunia, sehingga
menempatkan mereka setara dengan Tuhan, atau dapat berbuat seperti perbuatan
Tuhan. Hal itu karena menganggap mereka sebagai penengah/arbiter antara dia
dengan Allah. Kuburan-kuburan mereka dijadikan tempat meminta, bernadzar dan
berbagai ibadah yang seharusnya hanya ditujukan kepada Allah. Demikian itu
pernah dilakukan oleh kaumnya Nabi Nuh AS ketika mereka mengagungkan kuburan
para sholihin. Lihat Surah Nuh 23 yang artinya : "Dan jangan pula
sekali-kali kamu meninggalkan penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa',
Yaghuts, Ya'uq dan Nasr."
5.
Lengah dan acuh tak acuh dalam mengkaji ajara
Islam disebabkan silau terhadap peradaban Barat yang materialistik itu. Tak
jarang mengagungkan para pemikir dan ilmuwan Barat serta hasil teknologi yang
telah dicapainya sekaligus menerima tingkah laku dan kebudayaan mereka.
6.
Pendidikan di dalam rumah tangga, banyak yang
tidak berdasar ajaran Islam, sehingga anak tumbuh tidak mengenal aqidah Islam.
Pada hal Nabi Muhammad SAW telah memperingatkan yang artinya : "Setiap
anak terlahirkan berdasarkan fithrahnya, maka kedua orang tuanya yang
meyahudikannya, menashranikannya, atau memajusikannya" (HR: Bukhari).
Apabila anak terlepas dari
bimbingan orang tua, maka anak akan dipengaruhi oleh acara / program televisi
yang menyimpang, lingkungannya, dan lain sebagainya.
7.
Peranan pendidikan resmi tidak memberikan
porsi yang cukup dalam pembinaan keagamaan seseorang. Bayangkan, apa yang bisa
diperoleh dari 2 jam seminggu dalam pelajaran agama, itupun dengan informasi
yang kering. Ditambah lagi mass media baik cetak maupun elektronik banyak tidak
mendidik kearah aqidah bahkan mendistorsinya secara besar-besaran.