PACARAN
KETIKA PUASA
Allah memuliakan Ramadhan dan Allah jadikan bulan ini sebagai kesempatan untuk mendulang sejuta pahala bagi para hamba-Nya. Sayangnya, kemuliaan ramadhan tidak diimbangi dengan sikap kaum muslimin untuk memuliakannya. Banyak diantara mereka yang menodai kesucian ramadhan dengan melakukan berbagai macam dosa dan maksiat. Pantas saja, jika banyak orang yang berpuasa di bulan ramadhan, namun puasanya tidak menghasilkan pahala. Sebagaimana yang dinyatakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya,
Allah memuliakan Ramadhan dan Allah jadikan bulan ini sebagai kesempatan untuk mendulang sejuta pahala bagi para hamba-Nya. Sayangnya, kemuliaan ramadhan tidak diimbangi dengan sikap kaum muslimin untuk memuliakannya. Banyak diantara mereka yang menodai kesucian ramadhan dengan melakukan berbagai macam dosa dan maksiat. Pantas saja, jika banyak orang yang berpuasa di bulan ramadhan, namun puasanya tidak menghasilkan pahala. Sebagaimana yang dinyatakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya,
رُبَّ
صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa,
namun yang dia dapatkan dari puasanya hanya lapar dan dahaga.” (HR. Ahmad 8856, Ibn Hibban 3481, Ibnu Khuzaimah 1997 dan
sanadnya dishahihkan Al-A’zami).
Makna tekstual dari hadis
menunjukkan bahwa orang ini tidak mendapatkan pahala. Karena yang dia dapatan
hanya lapar dan haus. Apa sebabnya? Tentu saja, salah satunya adalah maksiat
ketika puasa.
Seharusnya mereka yang bermaksiat
itu malu. Di saat banyak orang berlomba untuk mendapatkan ridha Allah, justru
dia mendatangi murka Allah. Di saat banyak orang melakukan ketaatan kepada
Allah, dia justru durhaka keada-Nya.
إِذَا
لَمْ تَسْتَحْيِ فَاصْنَعْ مَا شِئْت
”Jika kamu tidak malu, lakukan
perbuatan sesukamu!” (HR. Bukhari 3484).
Pacaran tidaklah lepas dari zina
mata, zina tangan, zina kaki dan zina hati. Dari Abu Hurairah, Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
كُتِبَ
عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ
فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ
وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ
زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ
وَيُكَذِّبُهُ
“Setiap anak Adam telah ditakdirkan
mendapat bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa
dielakkan. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan
mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba
(menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan
menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan
membenarkan atau mengingkari yang demikian.”
(HR. Muslim no. 6925)
Maksiat
Saat Puasa
Pacaran adalah maksiat. Sementara
maksiat yang dilakukan seseorang, bisa menghapus pahala amal shaleh yang pernah
dia kerjakan, termasuk pahala puasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ
لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ
يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan
perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar
dan haus yang dia tahan.” (HR.
Bukhari no. 1903).
Seharusnya orang yang berpuasa
menjadi orang yang berwibawa dengan meninggalkan berbagai macam maksiat dan
perbuatan sia-sia. Dalam sebuah riwayat, sahabat Jabir mengingatkan,
إذا
صمت فليصم سمعك ، وبصرك من المحارم ، ولسانك من الكذب ، ودع أذى الجار ، وليكن
عليك وقار وسكينة ، ولا تجعل يوم صومك ويوم فطرك سواء
”Jika kamu berpuasa, maka
puasakanlah pendengaranmu, penglihatanmu dari segala yang haram, dan jagalah
lisanmu dari kedustaan. Hindari mengganggu tetangga. Jadikan diri anda orang yang
berwibawa dan tenang selama puasa. Jangan jadikan suasana hari puasamu sama
dengan hari ketika tidak puasa.” (Latha’if Al Ma’arif, 277).